Senin, April 20, 2009
♥ the origin of silver apple
Aku menyesap segelas teh manis hangat yang kubuat beberapa menit yang lalu. Foto tersebut telah berubah menjadi halaman blog hanya dengan satu jentikan jari di mouse. Layar tempatku menulis itu masih kosong melompong, putih bersih. Jari jemariku dengan enggan menulis beberapa kata lalu menghapusnya kembali karena merasakan setiap kata tersebut tanpa makna. Kosong. Sama kosongnya dengan layar itu.
Pikiranku menerawang ke masa silam. Walaupun aku menyebutnya masa silam, jarak waktu sebenarnya hanyalah dua tahun ke belakang. Ya. Dua tahun yang lalu, saat yang paling mendebarkan dalam hidupku. Pemberontakan diriku yang terbesar kepada adat istiadat, agama dan keluargaku. Saat aku membuka jati diriku dan hatiku kepada dunia lesbian. Dunia dimana saat itu masih gelap, masih merupakan misteri bagiku yang selama ini menyadari bahwa diriku berbeda dengan perempuan kebanyakan dan tak pernah terpikirkan satu orang pun lelaki untuk menjadi teman hidup sepanjang masa sampai akhir hayat.
Masih teringat dengan jelas debar jantung saat aku mengetikan kata forum lesbian Indonesia. Aku celingak celinguk melihat keadaan sekeliling. Takut kepergok bunda yang sedang tidur di kamar depan dekat dengan meja telepon di mana aku menyambung internet diam-diam. Banyak forum yang terpampang di depan mataku, namun entah kenapa hanya satu forum ini saja yang aku buka. VOY.
Aku masuk. Jantungku berdebar-debar. Begitu halaman itu terunduh, jantungku mau copot rasanya. Tulisan besar-besar berwarna merah dengan kata-kata Lesbian langsung serta merta membuatku menutup halaman itu. Bergidik rasanya saking takut kepergok bunda membuka website yang menurut pandangan bunda ‘sangat tidak senonoh’.
Aku celingukan lagi. Kudengar nafas bunda yang pelan teratur satu-satu di kamarnya. Huff… bunda sudah tertidur pulas. Kali ini, aku mengambil beberapa bantal di kamar dan kuhadangkan di depan laptopku. Taktikku, kalau sampai bunda terbangun dan aku lengah, layar laptop itu masih tertutup bantal sehingga bunda tak’kan langsung tahu.
Kubaca satu per satu pesan yang ada di website itu dan setiap pesan itu seakan-akan menarikku untuk membaca lebih jauh dan akhirnya keinginan untuk menulis disana membuncah. Aku ingin berkenalan dengan mereka.
Segera ku buka satu pesan baru. Aku menulis subject tulisannya lalu berhenti di kolom kedua. Name. Nama. Ya, aku berpikir keras siapa namaku. Jelas aku tak mau mengisinya dengan nama asliku. Aku terdiam. Merenung memikirkan satu nama yang simple, bagus, dan keren.
Mataku melirik ke ipod ku. Ipod kesayangan yang baru kemarin aku beli dengan dua kali mencicil kepada teman baikku. Ipod yang tampak mewah dan elegan dengan warna hitam di satu sisi dan perak di baliknya. Aku melotot memandangi lambang apple di balik ipod itu. Apple dan silver (perak). Silver apple! Ya! Itulah namaku mulai saat ini. Silver apple. Sangat tak biasa. Sangat jarang. Simple tapi memikat. Gampang di ingat pula.
Aku mengetikannya dengan semangat dan segera mengisi kolom di bawahnya, kolom perkenalan. Hah! Aku berharap akan banyak kaum lesbian yang ingin berkenalan denganku. Selesai mengetik dan menelitinya, aku menekan tombol submit dan menunggu halaman selanjutnya untuk terbuka. Betapa kecewanya aku ketika tahu tulisanku baru akan muncul setelah ada persetujuan dari admin.
Aku mematikan laptopku dan beranjak tidur. Tidur dengan perasaan gelisah, kecewa dan senang gila-gilaan. Sungguh aneh euphoria yang kurasakan.
Pikiranku menerawang ke masa silam. Walaupun aku menyebutnya masa silam, jarak waktu sebenarnya hanyalah dua tahun ke belakang. Ya. Dua tahun yang lalu, saat yang paling mendebarkan dalam hidupku. Pemberontakan diriku yang terbesar kepada adat istiadat, agama dan keluargaku. Saat aku membuka jati diriku dan hatiku kepada dunia lesbian. Dunia dimana saat itu masih gelap, masih merupakan misteri bagiku yang selama ini menyadari bahwa diriku berbeda dengan perempuan kebanyakan dan tak pernah terpikirkan satu orang pun lelaki untuk menjadi teman hidup sepanjang masa sampai akhir hayat.
Masih teringat dengan jelas debar jantung saat aku mengetikan kata forum lesbian Indonesia. Aku celingak celinguk melihat keadaan sekeliling. Takut kepergok bunda yang sedang tidur di kamar depan dekat dengan meja telepon di mana aku menyambung internet diam-diam. Banyak forum yang terpampang di depan mataku, namun entah kenapa hanya satu forum ini saja yang aku buka. VOY.
Aku masuk. Jantungku berdebar-debar. Begitu halaman itu terunduh, jantungku mau copot rasanya. Tulisan besar-besar berwarna merah dengan kata-kata Lesbian langsung serta merta membuatku menutup halaman itu. Bergidik rasanya saking takut kepergok bunda membuka website yang menurut pandangan bunda ‘sangat tidak senonoh’.
Aku celingukan lagi. Kudengar nafas bunda yang pelan teratur satu-satu di kamarnya. Huff… bunda sudah tertidur pulas. Kali ini, aku mengambil beberapa bantal di kamar dan kuhadangkan di depan laptopku. Taktikku, kalau sampai bunda terbangun dan aku lengah, layar laptop itu masih tertutup bantal sehingga bunda tak’kan langsung tahu.
Kubaca satu per satu pesan yang ada di website itu dan setiap pesan itu seakan-akan menarikku untuk membaca lebih jauh dan akhirnya keinginan untuk menulis disana membuncah. Aku ingin berkenalan dengan mereka.
Segera ku buka satu pesan baru. Aku menulis subject tulisannya lalu berhenti di kolom kedua. Name. Nama. Ya, aku berpikir keras siapa namaku. Jelas aku tak mau mengisinya dengan nama asliku. Aku terdiam. Merenung memikirkan satu nama yang simple, bagus, dan keren.
Mataku melirik ke ipod ku. Ipod kesayangan yang baru kemarin aku beli dengan dua kali mencicil kepada teman baikku. Ipod yang tampak mewah dan elegan dengan warna hitam di satu sisi dan perak di baliknya. Aku melotot memandangi lambang apple di balik ipod itu. Apple dan silver (perak). Silver apple! Ya! Itulah namaku mulai saat ini. Silver apple. Sangat tak biasa. Sangat jarang. Simple tapi memikat. Gampang di ingat pula.
Aku mengetikannya dengan semangat dan segera mengisi kolom di bawahnya, kolom perkenalan. Hah! Aku berharap akan banyak kaum lesbian yang ingin berkenalan denganku. Selesai mengetik dan menelitinya, aku menekan tombol submit dan menunggu halaman selanjutnya untuk terbuka. Betapa kecewanya aku ketika tahu tulisanku baru akan muncul setelah ada persetujuan dari admin.
Aku mematikan laptopku dan beranjak tidur. Tidur dengan perasaan gelisah, kecewa dan senang gila-gilaan. Sungguh aneh euphoria yang kurasakan.
10:45:00 PM
